Anak muda
dipaksa untuk mempelajari ideologi kelompok ekstremis dan penyimpangan Islam.
|
Puluhan mahasiswa Kurdi Suriah
yang ditawan oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sudah dilepaskan pada
bulan Oktober. [Waleed Abu al-Khair/khusus untuk Khabar]
Anak-anak Suriah juga telah
diculik oleh ISIS, seperti pada bulan Mei ketika kelompok ini menculik 153
siswa Kurdi Suriah berusia 13 sampai 16 tahun di dekat desa Manbij saat mereka
pulang ke Kobani dari Aleppo, di mana mereka menjalani ujian akhir SMP.
Pada bulan Oktober, semua anak
telah dibebaskan setelah aktivis meluncurkan kampanye kemanusiaan di setiap
tingkat, yang mendesak mereka dilepaskan.
‘Penyiksaan’
Farhad Shaheen, 15, mengatakan
selama empat bulan ia disandera, ia disiksa dan dipaksa menanamkan ajaran
kelompok itu dalam pikirannya.
Abangnya berhasil membimbingnya
kembali ke ajaran yang membesarkannya, katanya. ISIS berusaha untuk mencuci
otaknya dan mengisi pikirannya dengan pandangan gelap.
“Saya tidak bisa melupakan
masa-masa saya disandera oleh ISIS selama empat bulan dan enam hari, yang
semuanya terasa sama,” kata Farhad kepada Khabar.
Dia mengatakan dia ditahan dengan
anak-anak lain di sebuah sekolah di Suriah, di bawah kendali ISIS.
Anak-anak yang diculik itu
menghabiskan hari-hari mereka membaca Al-Qur’an, menghadiri kelas agama, sholat
dan mendengarkan ceramah agama yang mengatakan semua kelompok revolusioner
Suriah adalah kafir, kata Farhad.
Kadang-kadang, beberapa anak
dipukuli karena tidak mematuhi perintah pria bersenjata atau karena menolak
untuk menerima pandangan mereka, tambahnya.
Sekali, Shaheen mengatakan, ia
mencoba untuk melarikan diri dengan dua anak lainnya. Mereka tertangkap dan
“mengalami hukuman berat, termasuk dikurung di ruangan dan dipukuli”. Dia tidak
percaya ketika diberitahu dia sudah dibebaskan, karena orang-orang bersenjata
sebelumnya sudah mengatakan hal yang sama kepada beberapa korban penculikan,
namun tidak membebaskan mereka.
Shaheen mengatakan ia berharap
untuk kembali ke sekolah tetapi kondisi pengungsian ke Turki bisa menjadi
hambatan.
Kerusakan psikologis
Mohammed Shaheen, abang Farhad,
mengatakan kepada Khabar ia melihat perubahan dalam perilaku, ucapan, dan
keadaan pikiran adiknya setelah bebas dari penyanderaan.
Sejak itu, Muhammad mengatakan,
ia telah berusaha untuk memulihkan keadaan pikiran adiknya seperti sebelum dia
ditangkap.
Sejauh ini, katanya, ia telah
mampu untuk membersihkan sejumlah pandangan yang telah dicoba ditanamkan oleh
orang-orang bersenjata ISIS dalam pikiran Farhad, “terutama dalam kaitannya
dengan takfiri [ideologi]”.
Anak-anak yang dibebaskan dari
penyanderaan memerlukan perawatan khusus, Shaheen mengatakan, dengan
menjelaskan bahwa ia mampu merawat adiknya karena dia adalah seorang guru dan
mampu menangani kasus-kasus khusus seperti ini.
Keluarga lain bisa menghadapi
masalah yang lebih besar jika “pandangan gelap” yang ditanamkan dalam pikiran
anak-anak mereka masih ada, katanya.
Sebagian besar anak-anak yang
dibebaskan adalah penduduk asli Kobani dan desa-desa sekitarnya, katanya.
Banyak yang sekarang tersebar karena pertempuran melawan ISIS di sana dan
pengungsian yang masih berlangsung, sehingga sulit untuk menindaklanjuti
mereka.
Namun, sejumlah aktivis
“meluncurkan kampanye di situs jejaring sosial, Facebook pada khususnya, untuk
menindaklanjuti berita yang berkaitan dengan siswa tawanan”, kata Mohammed.
Dia menambahkan kenyataan bahwa
siswa Kurdi Suriah telah dilepaskan, aktivis mengalihkan perhatian mereka untuk
menyerukan pembebasan warga sipil lainnya yang diculik oleh ISIS tetapi yang
masih belum ditemukan.
Reintegrasi
Psikolog anak dan dosen
Universitas Ain Shams Enas al-Jamal mengatakan sangat penting agar anak-anak
yang dibebaskan menjalani sesi terapi kejiwaan dan sosial.
Terapi seperti itu dapat
dilakukan karena dua alasan, katanya: mengobati efek negatif penculikan pada
jiwa anak-anak dan mengeluarkan pandangan gelap yang ditanamkan dalam pikiran
mereka selama pelajaran agama palsu itu, “yang seringkali bersifat memaksa
kepada anak-anak”.
Orang tua dan lingkungan pasca
pelepasan anak-anak dalam beberapa bulan pertama setelah dibebaskan juga sangat
penting, katanya, seraya menghimbau dijalainnya hubungan keluarga yang normal,
penuh kasih sayang dan perhatian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar