Mbah Sujito |
Sleman - WARA- Pagi-pagi benar Sujito Mediwiratno (74) sudah beranjak dari
tempat tidur. Dia segera mandi, sarapan seadanya lalu mulai menyiapkan gerobak
sampahnya. Pukul setengah tujuh pagi dia sudah menarik gerobak sampahnya dari
rumahnya di Janti, menyusuri gang-gang di Janti dan Nologaten, Yogyakarta
mengambil sampah-sampah rumah tangga dari rumah ke rumah.
Pekerjaan memungut sampah tersebut sudah dilakoninya selama 22 tahun lebih. Karena dedikasinya itu, hari ini dia pun mendapat penghargaan sebagai pengumpul sampah terlama dalam peringatan bulan Peduli Sampah, Yogyakarta.
"Saya senang dapat penghargaan ini, dapat uang pembinaan juga, nanti untuk keluarga saya," kata Sujito seusai mendapat penghargaan pemerintah Provinsi DIY di lapangan Denggung, Sleman, Sabtu (21/2).
Sujito mengaku sudah menjadi pemungut sampah sejak tahun 1993. Saat itu dia tergerak untuk secara sukarela memunguti sampah karena prihatin melihat sampah-sampah yang tak terurus di lingkungannya. Dia pun kemudian meminta izin kepada ketua RT tempat tinggalnya untuk memunguti sampah.
"Kemudian saya dapat bantuan, dibuatkan gerobak dari RT. Saya tergerak hati menjadi semakin semangat," ujarnya.
Dari memungut sampah tersebut, dia mendapatkan uang dari masing-masing rumah yang dia pungut sampahnya. Meski tidak banyak, namun uang tersebut cukup untuk menghidupi keluarganya.
"Anak saya ada tiga sudah menikah semua. Kalau sekarang ya uang untuk biaya sehari-hari, kadang dapat 1,5 juta perbulan, kadang kurang," ungkapnya.
Meski fisiknya sudah lemah termakan usia, namun sampai saat ini dia terus menarik gerobaknya keliling kampung.
"Cuma kalau hujan itu yang membuat susah, gerobak jadi susah, kedinginan, untungnya selama ini saya enggak pernah sakit," tuturnya.
Dia berharap pemerintah lebih memperhatikan para pemungut sampah seperti dirinya. Terutama soal kesehatan.
"Kalau bisa kalau sakit bisa berobat gratis, kalau bisa dibantu juga ada gerobak pakai matik atau pakai remot," pungkasnya. (Merdeka)
Pekerjaan memungut sampah tersebut sudah dilakoninya selama 22 tahun lebih. Karena dedikasinya itu, hari ini dia pun mendapat penghargaan sebagai pengumpul sampah terlama dalam peringatan bulan Peduli Sampah, Yogyakarta.
"Saya senang dapat penghargaan ini, dapat uang pembinaan juga, nanti untuk keluarga saya," kata Sujito seusai mendapat penghargaan pemerintah Provinsi DIY di lapangan Denggung, Sleman, Sabtu (21/2).
Sujito mengaku sudah menjadi pemungut sampah sejak tahun 1993. Saat itu dia tergerak untuk secara sukarela memunguti sampah karena prihatin melihat sampah-sampah yang tak terurus di lingkungannya. Dia pun kemudian meminta izin kepada ketua RT tempat tinggalnya untuk memunguti sampah.
"Kemudian saya dapat bantuan, dibuatkan gerobak dari RT. Saya tergerak hati menjadi semakin semangat," ujarnya.
Dari memungut sampah tersebut, dia mendapatkan uang dari masing-masing rumah yang dia pungut sampahnya. Meski tidak banyak, namun uang tersebut cukup untuk menghidupi keluarganya.
"Anak saya ada tiga sudah menikah semua. Kalau sekarang ya uang untuk biaya sehari-hari, kadang dapat 1,5 juta perbulan, kadang kurang," ungkapnya.
Meski fisiknya sudah lemah termakan usia, namun sampai saat ini dia terus menarik gerobaknya keliling kampung.
"Cuma kalau hujan itu yang membuat susah, gerobak jadi susah, kedinginan, untungnya selama ini saya enggak pernah sakit," tuturnya.
Dia berharap pemerintah lebih memperhatikan para pemungut sampah seperti dirinya. Terutama soal kesehatan.
"Kalau bisa kalau sakit bisa berobat gratis, kalau bisa dibantu juga ada gerobak pakai matik atau pakai remot," pungkasnya. (Merdeka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar