Keluarga
Aminin hidup pas-pasan. Hidup di rumah kontrakan seluas 4 kali 5 meter. Namun
mereka tak patah arang untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Aminin
|
WARA - Kesulitan ekonomi keluarga tak membuat Aminin putus
asa menuntut ilmu. Meski kehidupan keluarga pas-pasan, gadis 23 tahun asal
Kampung Samirono, Yogyakarta, itu bisa bersekolah hingga bangku kuliah.
Pertengahan tahun lalu, putri
pasangan Nur Setyono dan Khalimatul Muslimah, ini lulus dengan gelar sarjana di
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
3,06. Dia mampu menyelesaikan pendidikan itu selama empat tahun, sejak 2010.
Selama pendidikan, Aminin tak
dipungut biaya alias gratis, karena menerima beasiswa Bidik Misi. “Saya lebih
memilih lulus dengan IPK pas-pasan dari pada harus membayar biaya kuliah
sendiri,” tutur Aminin sebagaimana dikutip Dream dari laman resmi UGM,
Minggu 1 Januari 2015.
Tak mudah bagi Aminin untuk masuk
UGM. Mulanya, dia mendaftarkan lewat jalur PBUTM (Penelusuran Bibit Unggul
Tidak Mampu) dan UM (Ujian Mandiri), hingga akhirnya ia berhasil masuk di
Jurusan Biologi melalui jalur Ujian Tulis. Beruntung, Aminin mendapatkan
beasiswa Bidik Misi.
Selama kuliah, Aminin aktif di UKM
Resimen Mahasiswa (Menwa) sejak awal semester, bahkan sempat memegang jabatan
Ketua Urusan Empat selama selama tahun. Wanita yang diwisuda pada 19 Agustus
2014 ini bahkan pernah mengikuti Pimnas dengan penelitiannya mengenai teknik
memperbanyak tanaman anggrek.
Anak Pedagang Buah
Aminin berasal dari keluarga
sederhana. Sang ayah, Nur Setyono, merupakan seorang pedagang buah lokal yang
sehari-hari membuka lapak di sebelah timur Wisma MM UGM. Dengan bermodal tenda
dari bahan bagor (anyaman dari daun rumbia), Nur Setyono berdagang dari pagi
hingga menjelang malam.
Di saat pedagang buah lainnya
menjajakan buah-buahan impor, Setyono sejak dulu konsisten lebih memilih
buah-buahan lokal. “Selain lebih tahan lama, buah lokal lebih banyak
untungnya,” tutur Nur Setiyono.
Sebagai penjual buah, penghasilan
Setyono tak menentu. Jika dihitung, mungkin hanya cukup untuk makan sehari-hari
bersama keempat anaknya. Meski demikian, keluarga Setyono tak patah arang untuk
terus menyekolahkan keempat anaknya sampai jenjang paling tinggi. “Modal saya
hanya berdoa, jika Tuhan menghendaki pasti ada jalan,” ujar dia.
Adik pertama Aminin saat ini telah
memasuki semester 6 di Jurusan Fisika Uiversitas Negeri Yogyakarta (UNY). Adik
ke dua dan ke tiganya masih duduk di Kelas 1 SMP dan 2 SD. Tak seberuntung
kakaknya, Setiyono harus membiayai sendiri biaya kuliah anak keduanya. “Uangnya
dari hasil tabungan kami dan tabungan beasiswa Bidik Misi Aminin,” kata
Setyono.
Menurut Setyono, keluarganya
merupakan penduduk rantau dari Nganjuk, Jawa Timur. Dengan mengharap kehidupan
yang lebih baik, mereka pun nekat merantau ke Yogyakarta saat Aminin masih
duduk di bangku SD.
Sejak merantau, mereka mengontrak
gubuk kecil berukuran 4x5 meter di Padukuhan Samirono dengan biaya Rp 2,5 juta
pertahunnya. Angka yang lumrah untuk sebuah gubuk kecil berdinding anyaman
bambu yang sewaktu-waktu bisa ambruk terkena angin. Bahkan, belum sampai tiga
bulan ditempati, gubuk kecil itu ambruk karena keadaan tiang penyangganya yang
telah lapuk.
“Mau tidak mau, akhirnya kita benahi
dengan biaya sendiri,” kata Ibu Aminin, Khalimatul Muslimah. Tidur, belajar,
memasak, menonton televisi mereka lakukan di satu ruangan yang sama setiap
harinya.
Kini, setelah lulus Sarjana Biologi,
Aminin ingin melanjutkan studi S2 di UGM dengan jalur beasiswa. Sambil
mendaftar beasiswa S2, Aminin mengisi waktu luangnya dengan menjadi guru les di
Lembaga Bimbingan Belajar Quantum.
Dari hasil mengajar ini, Aminin
mendapatkan gaji sebesar Rp 45.000 setiap pertemuan. Dia pun mengaku tak ingin
pergi jauh dari orangtua. “Saya ingin mencari kerja di Yogya saja,” kata
Aminin.
Nur Setiyono dan istrinya sangat
bangga melihat anak pertamanya telah berhasil menyelesaikan studi sarjananya.
Ia optimis anaknya bisa melanjutkan kuliah ke jenjang selanjutnya sesuai dengan
apa yang cita-cita. (Dream)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar