Djudjuk Djuariah. |
Surakarta - WARA – Salah satu
anggota grup komedi legendaris Srimulat, Djudjuk Djuariah, meninggal Jumat
(6/2) sore. Meninggalkan duka, tetapi terselip sukacita karena ia aman dalam
Yesus Kristus.
Sebab, pada 2003 lalu ia memutuskan
untuk menjadi Kristen mengikuti jejak keempat anaknya. Semasa hidup Djudjuk
menjadi anggota bahkan aktif di Gereja Bethel Indonesia Keluarga Allah di
Surakarta. Bagaimana kisahnya, sehingga ia bertemu dengan sang Juru Selamat,
Yesus Kristus?
Kisahnya dimulai saat sang suami,
Kho Tjien Tiong atau Teguh Slamet Rahardjo atau yang populer dengan nama Teguh
Srimulat meninggal dunia pada 1996. Djudjuk memutuskan menikah kembali dengan
seorang perjaka.
Awalnya, ia mengira pernikahan ini
akan membuatnya berbahagia, seperti yang direguknya bersama Teguh dulu.
Ternyata tidak. Malah, di antara mereka sering terjadi kesalahpahaman yang
ujung-ujungnya terjadi pertengkaran. “Rumah tangga saya bagaikan neraka,” kata
Djudjuk waktu itu.
Dengan berbagai persoalan yang
begitu pelik itulah membuat fisik dan mental ibu empat orang anak ini lemah.
“Saya tertekan, bahkan tak kuasa menahannya. Kejadian ini saya rasakan saat
tampil di panggung bersama pelantun tembang-tembang campur sari, Didik Kempot.
Sampai di rumah tubuh saya limbung
dan gelap sekali. Saya benar-benar rapuh. Dalam kegelapan itu saya mencoba
memanjatkan doa permohonan sesuai dengan kepercayaan saya dulu. Tiba-tiba saya
mendengar panggilan dalam bahasa Jawa, “Muliho, muliho,” artinya
pulanglah-pulanglah. Mendengar panggilan itu saya ketakutan luar biasa. Sebab
yang saya pahami dari nenek moyang saya dulu, pulang itu bisa berarti dipanggil
Tuhan alias meninggal.
Inilah yang membuat saya takut luar
biasa. Jujur saja saya belum siap kalau Tuhan panggil. Maka secara spontan saya
mengajukan permohonan kepada Tuhan, jangan Kau panggil saya sekarang Tuhan,
karena saya belum siap mati. Tetapi suara itu tetap terdengar bahkan sampai
tiga kali. Nah pada panggilan ketiga, suara itu menambahkan supaya saya pulang
dengan membawa semua barang-barang saya yang ketika itu dikuasai oleh suami
kedua saya ini. Di sinilah saya meyakini bahwa panggilan pulang itu supaya saya
ke rumah dulu dan membawa barang-barang saya, Saya meyakini bahwa itu adalah
suara Tuhan,” kata Djudjuk.
Minta Didoakan
Dengan sisa tenaga yang masih ada,
Djudjuk segera pulang ke rumahnya. Seperti perintah yang diyakini sebagai suara
Tuhan, ia mengambil dan membawa serta barang-barang berharga miliknya.
“Sebenarnya barang-barang itu juga hasil jerih lelah saya selama ini. Saya
makin yakin itu suara Tuhan, seminggu setelah saya mendapatkan kabar ada
masalah dengan orang yang bersengketa dengan saya. Dari situlah saya menyadari
bahwa Tuhan itu memang baik. Karenanya saya minta keempat anak saya untuk
mendoakan. Sebab mereka sudah terima Yesus terlebih dahulu. Awalnya mereka
kaget. “Mama tahu kan apa doa saya?”tanya mereka. Lalu saya katakan saya tahu,
tetapi tolong mama didoakan. Sewaktu didoakan itulah saya menangis
sejadi-jadinya dan bicara tidak karuan. Sekarang saya baru tahu kalau yang saya
alami itu adalah bahasa Roh. Saya mengerti apa yang saya katakan, tetapi
anak-anak dan hamba Tuhan yang mendoakan waktu itu sama sekali tidak tahu apa
maksud kata-kata saya itu. Sejak itulah, saya memutuskan untuk menerima Yesus,
bahkan sekarang aktif di GBI Keluarga Allah Solo, dan pelayanan secara Oikumene,”
kisahnya.
Melalui peristiwa inilah segala
beban berat yang ada dalam dirinya terangkat. Dan yang lebih dahsyat lagi,
Tuhan meminta untuk mengampuni orang yang bermasalah dengannya. “Jujur itu
sangat berat, sebab orang seperti itu tak layak mendapat pengampunan. Selama
satu tahun saya bergumul untuk bisa mengampuninya. Dan luar biasa akhirnya saya
bisa melakukannya,” ujarnya. Setelah menerima Yesus. Mukjizat demi mukjizat
terjadi dalam hidup saya, “Rasanya saya sampai tidak bisa bercerita mukjizat
yang saya alami satu persatu karena saking banyaknya,” katanya.
Dan, pada kemarin Djudjuk menanggapi
panggilan sang Juru Selamat untuk menikmati kehidupan kekal di dalam Dia.
Selamat jalan Bu Djudjuk. (satuharapan.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar