Serang, -
Janji Rano Karno untuk mundur dari jabatannya sebagai Plt Gubernur
Banten jika pasangan capres cawaprens Jokowi-JK kalah di Provinsi
Banten, kini ditagih oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Provinsi Banten.
Sebab berdasar hasil hitung cepat sejumlah
lembaga suvey diantaranya RRI, SMRC dan beberapa lembaga survey lain,
perolehan suara pasangan Jokowi-JK di Banten kalah dari pasangan
Prabowo-Hatta.
RRI misalnya dalam hitung cepatnya pasangan
Prabowo-Hatta memperoleh suara 56,93 persen di Banten sementara Jokowi
JK 43,07 persen. Selain itu Saiful Mujani Research and Consulting
(SMRC), dalam quic countnya menyatakan Prabowo-Hatta memperoleh 56,5
persen suara di Banten sementara Jokowi-JK 43,5 persen.
"Sudah
pasti Jokowi-JK kalah suara di Banten. Karenanya dia harus tepati janji
untuk mundur," kata Muchtar Ansoru, pengurus koordinati cabang PMII
Provinsi Banten, saat dihubungi Warta Kota, Sabtu (12/7/2014).
Menurut
Muchtar pihaknya akan melakukan somasi atas Rano Karno jika tidak
menepati janjinya mundur sebagai Plt Gubernur Banten, dalam beberapa
hari ini.
"Kami akan segera melakukan konsolidasi dan menggelar
aksi guna menagih janji kepada Rano Karno. Sebab sikapnya yang tidak
serius atas janjinya bukan sikap negarawan," kata Muchtar. Ia berharap
Rano Karno menunjukkan bahwa dirinya mau menepati janjinya dengan
melepas jabatannya saat ini yang menjadi Plt Gubernur.
Karena, kata Muchtar, sudah beberapa kali janji Rano untuk mundur
dalam beberapa hal lain, tidak ditepati. "Jika mentalitas pemimpin yang
munafik seperti ini dipertahankan, maka Banten bakalan kacau.
Jangan-jangan dia juga sekadar saat menyatakan akan membangun Banten
menjadi lebih maju," ujarnya.
Sementara Rano Karno sendiri saat
ditanya wartawan atas janjinya itu pernah menyatakan tidak akan mundur
walau Jokowi-JK kalah di Banten. Alasannya, kata Jokowi-JK menang secara
nasional. "Bagaimana saya mau mundur. Walau kalah di Banten, pasangan
Jokowi-JK menang secara nasional," katanya waktu itu.
Sebelumnya
Rano Karno pernah berjanji hal yang sama atas dua hal berbeda. Pertama,
Rano Karno berjanji mundur dari Plt Gubernur Banten jika Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap
APBD Banten 2013, tidak memperoleh opini wajar tanpa pengecualian
(WTP). Walau BPK menilai APBD Banten 2013 under disclaimer, Rano enggan
menepati janjinya. Alasannya saat itu, ia tidak diberikan kewenangan
oleh Gubernur Banten non aktif Ratu Atut Chosiyah, mengurusi APBD
Banten.
Kedua, Rano Karno pernah menyatakan akan mundur dari Plt
Gubernur Banten, karena saat ia menjabat tidak diberikan delegasi
kewenangan apapun dari Atut sebagai Gubernur Banten non aktif. Janji
Rano itu dikatakannya kepada Dedi Gumelar atau Miing yang mengungkapkan
janji Rano itu kepada media massa.
Dan yang terakhir, Rano Karno
juga berjanji akan mundur jika suara pasangan Jokowi-JK di Banten kalah
dari Prabowo-Hatta. Namun Rano berkelit, karena walau kalah di Banten,
Jokowi-JK menang secara nasional berdasar hasil quick count sebagian
besar lembaga survey.
Akibat Pemberitaan Media, Dinas Prindagkop Sarolangun Lakukan Sidak
Sarolangun -
Terkait toge berformalin, Dinas terkait rencananya akan melakukan sidak
ke Pasar Tradisional yang menjadi target yakni Pasar Sarolangun,
Pelawan, Pasar singkut serta Pasar tradisional yang dianggap potensial
untuk penyebaran toge berformalin.
Hal itu disampaikan oleh dinas
prindagkop berkolaborasi dengan instansi lainnya iaitu dinas Kesehatan
serta Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) Jambi. Rencananya apabila
ditemukan dilapangan akan diambil contoh serta di lakukan pengetesan
dengan cara deteksi formalin secara kualitatif maupun kuantitatif secara
akurat hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan
pereaksi kimia.
Kepada Platmerahnews.co.id Kadis Prindagkop melalui Drs.Mahmud El
Husairi Kabid Pengawasan Barang Dan Jasa mengatakan pihaknya serta
dibantu dengan dinas kesehatan serta Badan POM Jambi akan segera
melakukan sidak kepasar pasar tradisional guna untuk menindak lanjuti
pemberitaan di media.
“ Kita akan melakukan sidak Kepasar tradisional bersama dinas Kesehatan
serta Badan POM jambi dan itu akan segera kita lakukan dalam bulan
ramadhan ini. apabila kita dapati sample barang dilapangan kita akan
beri sangsi tegas “. KataMahmud Kabid Pengawasan Barang Dan Jasa Dinas
Prindagkop Kabupaten Sarolangun.
Lebih lanjut Mahmud menyampaikan agar masyarakat untuk selalu
selektif dalam meng konsumsi makanan. Selain Formalin masyarakat harus
juga waspadai garam jenis Borax. Efek yang ditimbulkan Borax memang
tidak tampak secara instan, melainkan akumulatif. Pada fase awal, Borax
dapat menimbulkan gangguan pencernaan, pusing, atau mual. Namun, bila
sudah mencapai tahapan akut, Borax dapat memicu kanker, juga bahkan
kematian.
Selain agar masyarakat tahu dan awas, Badan POM juga diharapkan
tersentil pada pemberitaan diberbagai media. Ini semua demi
menyelamatkan konsumen, yang tak lain ialah seluruh bangsa Indonesia
sendiri. Masyarakat berharap Inspeksi plus sosialisasi harus lebih
gencar dilakukan Badan POM , supaya tak ada lagi bahan kimia berbahaya
yang beredar dan menghantui masyarakat Indonesia dengan penuh rasa
was-was pada setiap makanan yang mereka makan sehari-hari.
Pembangunan Ruang Kelas Baru Terbengkalai, Kepala Sekolah Tidak Tau Menahu
PALOPO, Proyek pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) Sekolah Dasar (SD) 17 Benteng terbengkalai, bangunan RKB yang di anggarkan dari APBD Palopo tahun 2011 hingga kini belum rampung pengerjaannya dimana pada saat itu yang menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) kota Palopo, Muh Yamin. (Sabtu 12/07/2014)
Bangunan fisik SDN 17 Benteng yang belum rampung menuai soroton dari masyarakat lantaran bangunan tersebut sudah berjalan 3 tahun belum juga terselesaikan hingga kini, dimana di ketahui anggaran pembangunannya sudah habis.
Saat di temui di kediamannya Mustamar yang kini menjabat sebagai pengawas sekolah salah satu orang yang cukup mengetahui proyek Pembangunan RKB tersebut mengatakan sudah lupa berapa besar jumlah anggaran yang di gunakan dan siapa Contraktor pelaksananya.
Hal senada juga di ungkapkan oleh Hj. Susilawati mantan Kepalah Sekolah (Kepsek) SDN 17 Benteng pada tahun 2011, dirinya mengatakan tidak tahu menahu akan adanya proyek RKB tersebut lantaran tidak pernah mendapatkan informasi dari pihak Dinas Pendidikan Kota Palopo dimana saat itu di jabat oleh Muh. Yamin.
“Saya tidak tahu akan adanya proyek RKB tersebut lantaran tidak ada informasi dari Dinas Pendidikan maupun juga pihak pelaksana proyek. Bahkan herannya, nanti saya tahu dari teman-teman guru,’’papar Susilawati.
Andi Sakti Raja, Kadisdik yang menggantikan Muh Yamin. Saat di temui diruang kerjanya, mengatakan saya tidak tahu akan hal itu, akan tetapi jika ada temuan yang merugikan Negara dilaporkan saja kepada penegak hukum. (Sawergading)
Pemerintah Desa Depok Diduga Selewengkan Dana Rutilahu dan ADD
Garut, Ketidakpercayaan warga kepada aparatur
pemerintahan kini terjadi kembali di Desa Depok Kecamatan Pakenjeng
Kabupaten Garut. Menurut keterangan warga hal ini disebabkan karena
tidak ada transfaransi mengenai program-program dan bantuan pemerintah
yang dikucurkan terhadap daerahnya.Seperti halnya untuk bantuan RUTILAHU
( rumah tidak layak huni ) yang diprogramkan oleh KEMENPERA
(Kementerian Perumahan Rakyat) yang seharusnya sudah terealisasikan oleh
setiap pemerintah daerah dan semestinya diterima sepenuhnya oleh
penerima manfaat yakni masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan.
Namun pada kenyataannya selalu saja ada pemangkasan oleh oknum pejabat
pemerintah.
Seperti yang diungkapkan AS (42), salah satu warga Desa Depok, warga hanya menerima Rp.7,5 juta sedangkan total bantuan RUTILAHU Rp.200 juta.
Hal yang serupa dikemukakan juga oleh warga lain seprti EN (68), dia mengaku hanya menerima Rp. 7,5 juta, EN sangat menyesalkan kejadian ini menimpa dirinya dan warga lainnya, padahal EN berharap ia menerima sepenuhnya karena dana itu adalah sepenuhnya hak warga.
Sedangkan menurut pengakuan Sekretaris Desa yang berinisial YD, yang mendapatkan bantuan ada 20 rumah warga, dan masing-masing menerima 10 juta rupiah.
Bahkan ketika Sekdes tersebut ditemui wartawan TIPIKOR Jabar yang mencoba mengkonfirmasi dan melakukan controling dalam penggunaan dana ADD, karena dalam buku laporan pertanggung jawaban perbelanjaan desa disinyalir ada penggelembungan anggaran dana desa yang tidak sesuai dengan jumlah sebenarnya.
Namun jawaban Sekertaris Desa tersebut sangat lucu dan mengherankan, menurutnya dalam buku LPJ ada kesalahan menulis, padahal itu dari awal tahun 2013 ADD pertama, dan anehnya lagi, LPJ tersebut katanya sudah diperiksa oleh pihak terkait dan tidak ada yang salah.
AS mengatakan, Jelas hal ini membuat warga semakin khawatir dan tidak percaya, karena dengan kejadian ini saja pemerintah desa tidak transfaran dan diduga memotong dana, “lalu bagaimana mengelola program pemerintah yang akan mengucurkan dana 1 milyar per tahun”, ungkap AS. (Asep Muhidin)**
Seperti yang diungkapkan AS (42), salah satu warga Desa Depok, warga hanya menerima Rp.7,5 juta sedangkan total bantuan RUTILAHU Rp.200 juta.
Hal yang serupa dikemukakan juga oleh warga lain seprti EN (68), dia mengaku hanya menerima Rp. 7,5 juta, EN sangat menyesalkan kejadian ini menimpa dirinya dan warga lainnya, padahal EN berharap ia menerima sepenuhnya karena dana itu adalah sepenuhnya hak warga.
Sedangkan menurut pengakuan Sekretaris Desa yang berinisial YD, yang mendapatkan bantuan ada 20 rumah warga, dan masing-masing menerima 10 juta rupiah.
Bahkan ketika Sekdes tersebut ditemui wartawan TIPIKOR Jabar yang mencoba mengkonfirmasi dan melakukan controling dalam penggunaan dana ADD, karena dalam buku laporan pertanggung jawaban perbelanjaan desa disinyalir ada penggelembungan anggaran dana desa yang tidak sesuai dengan jumlah sebenarnya.
Namun jawaban Sekertaris Desa tersebut sangat lucu dan mengherankan, menurutnya dalam buku LPJ ada kesalahan menulis, padahal itu dari awal tahun 2013 ADD pertama, dan anehnya lagi, LPJ tersebut katanya sudah diperiksa oleh pihak terkait dan tidak ada yang salah.
AS mengatakan, Jelas hal ini membuat warga semakin khawatir dan tidak percaya, karena dengan kejadian ini saja pemerintah desa tidak transfaran dan diduga memotong dana, “lalu bagaimana mengelola program pemerintah yang akan mengucurkan dana 1 milyar per tahun”, ungkap AS. (Asep Muhidin)**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar