Prabowo Ke Malaysia Selamatkan PRT Yang Terancam Hukuman Mati
Jakarta - Warta Nusantara : Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto terbang ke Malaysia untuk menyelamatkan Wilfrida Soik, pekerja rumah tangga (PRT) migran asal Belu, NTT yang terancam hukuman mati. Wilfrida dihukum mati karena dituduh melakukan tindak pembunuhan terhadap majikan perempuannya, Yeap Seok Pen.
Prabowo melawat ke Malaysia menggunakan pesawat pribadi milik adiknya, Hashim Djojohadikusumo, dan tiba di di Subang Air Port, Kuala Lumpur, sekitar pukul 14.00 WIB siang tadi.
"Prabowo disambut Jasbir Chal, seorang pengusaha Malaysia yang juga sahabatnya sejak kecil," kata Wasekjen Gerindra Sudaryono dalam pesan singkat, Jumat (13/9).
Sudaryono yang juga sekretaris pribadi Prabowo ini menjelaskan, malam ini Prabowo dijadwalkan akan melakukan pertemuan bersama Tan Sri Muhammad Shafee, tangan kanan Perdana Menteri Malaysia, Najib bin Tun Haji Abdul Razak (Najib Razak).
"Prabowo tergerak menolong PRT tersebut, karena banyak kalangan pembesar di Malaysia merupakan kawan kecil Prabowo," kata Sudaryono.
Prabowo sendiri saat SD, pernah bersekolah di Victoria School di Kuala Lumpur, saat mengikuti ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo di Malaysia. Tak hanya itu, Prabowo juga memiliki hubungan yang sangat baik dengan Perdana Menteri Malaysia, Najib Rajak, karena ayah Nazib, Perdana Menteri ke-2 Malaysia, Tun Abdul Razak bin Husein Al Haj adalah kawan karib ayah Prabowo.
Sudaryono berharap, dengan hubungan yang baik tersebut, Probowo dapat menolong Wilfrida. "Dalam hal menyelamatkan TKI, upaya yang dilakukan Prabowo bukan hanya kali ini saja, bulan Januari 2012, Prabowo yang juga berhasil memulangkan 300 TKW yang keleleran tidak terurus di KBRI Yordania," pungkasnya.
Kisah Polisi Ditembak Hingga Cacat Saat Lindungi Soekarno
Dulu, Presiden Soekarno mempunyai pengawal khusus. Mereka disebut Detasemen Kawal Pribadi (DKP), anggotanya berasal dari satuan polisi istimewa yang kini disebut Brimob.
Kesetiaan mereka teruji menyelamatkan Soekarno dari berbagai percobaan pembunuhan. Demi sang presiden, anggota DKP siap jadi tameng hidup.
Bulan Januari 1962, Presiden Soekarno dijadwalkan berpidato di Makassar. Hari sudah beranjak malam, ketika rombongan presiden menuju gedung pertemuan. Rombongan presiden pun melaju. Iring-iringannya dibuka sepeda motor sebagai voor rijders, lalu diikuti satu jip kawal pribadi (DKP), baru mobil RI-1. Setelah itu di belakangnya satu jip DKP, dan ditutup motor kawal belakang.
Ketika memasuki jalan Tjendrawasih yang sepi dan gelap. Tiba-tiba terdengar ledakan. Mobil Presiden digranat. Untungnya serangan itu meleset.
Ajudan Soekarno , Mayor Bambang Widjanarko menceritakan kisah itu dalam buku 'Sewindu Dekat Bung Karno ' yang diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia tahun 2010.
Bambang memerintahkan Soekarno tiarap. Saat seperti itu, protap keselamatan presiden semua dipegang ajudan. Di sekeliling mobil, anggota DKP bersiaga. Mereka menjadi tameng melindungi Soekarno . Jika para penyerang sudah menempatkan penembak jitu, bisa dibayangkan rombongan Soekarno akan menjadi sasaran empuk. Untung sekali lagi, penyerang hanya melemparkan granat tanpa diikuti serangan lain.
Setelah kondisi dirasa aman, rombongan meneruskan perjalanan menuju Gedung Olahraga Makassar. Soekarno berpidato membakar semangat rakyat seolah-olah tak terjadi apa-apa dalam peristiwa itu.
Tapi DKP makin merapatkan penjagaan. Ketika Soekarno hendak kembali ke gubernuran, Bambang dan DKP mengatur siasat. Wali Kota Makassar duduk di dalam mobil kepresidenan. Tak lupa dia diminta mengenakan kopiah seperti Soekarno .
Sementara itu Soekarno menumpang mobil di belakang iring-iringan itu. Tak ada serangan saat kembali. Soekarno pun selamat sampai gubernuran.
Cerita heroik soal anggota DKP ini juga dikisahkan Komandannya AKBP Mangil. Saat itu Soekarno melaksanakan Salat Idul Adha di Istana.
"Saya duduk enam langkah di depan bapak. Di samping saya duduk Inspektur Polisi Soedio. Kami berdua menghadap ke arah umat. Sedangkan tiga anak buah, Amon Soedrajat, Abdul Karim dan Susilo pakai pakaian sipil dan berpistol duduk di sekeliling bapak," cerita Mangil dalam buku Gerakan 30 September, Pelaku, Pahlawan & Petualang yang ditulis wartawan Senior Julius Pour, terbitan Kompas.
Tiba-tiba saat rukuk, seorang pria bertakbir keras. Dia mengeluarkan pistol dan menembak ke arah Soekarno . Refleks, semua pengawal berlarian menubruk Soekarno . Amoen melindungi Soekarno dengan tubuhnya. Sebutir peluru menembus dadanya. Amoen terjatuh berlumuran darah.
Pistol menyalak lagi. Kali ini mengenai menyerempet kepala Susilo. Tapi tanpa menghiraukan luka-lukanya, Susilo menerjang penembak gelap itu. Dua anggota DKP membantu Susilo menyergap penambak yang belakangan diketahui bernama Bachrum. Pistol milik Bachrum akhirnya bisa direbut DKP.
Soekarno berhasil diselamatkan. Begitu juga dengan dua polisi pengawalnya. Untungnya walau terluka parah, Amoen dan Susilo selamat.
Bambang Widajanarko memuji kesiapsiagaan para anggota DKP. Tanpa tindakan heroik mereka, Soekarno sudah tewas. Mereka rela berkorban bahkan nyawa sekalipun.
"Seorang anggota kawal pribadi berkorban hingga cacat seumur hidupnya," kisah Bambang
Menguak Jejak Bunda Putri
Suami Pertama Bunda Putri Orang Prancis
Bunda Putri
Aldi
yang memiliki nama lengkap Bernaldi Djemat, menikah dengan Peni Farnita
Saputri pada 12 November 2006. Sayang, sejak 2012, Aldi telah bercerai
dengan Peni, putri tunggal Bunda Putri.
"Suami Bunda Putri yang pertama orang Prancis, tapi sudah meninggal dunia sekitar tahun 2000," ungkap Aldi kepada Tribunnews.com.
Sepeninggal suaminya, Bunda Putri kembali menikah dengan seorang mantan pejabat Badan Pertanahan Nasional (BPN) berinisial LK, sekitar 2003-2004.
Namun, pernikahan kedua Bunda Putri tak bertahan lama. Apalagi, LK sudah tidak menjabat lagi, dan belakangan terseret kasus di BPN.
"Cerainya sekitar 2009 atau 2010," jelas Aldi.
Aldi ingat persis sejarah Bunda Putri, karena ia kadang bercakap dengan mantan mertuanya. Sayang, pernikahan Aldi dengan putri semata wayangnya Bunda Putri, juga kandas.
Aldi menceritakan, kandasnya perkawinan itu berawal dari kedekatan Bunda Putri dengan Hasanudin Ibrahim. Dengan penuh keyakinan, Aldi menyebut Hasanudin Ibrahim adalah Dirjen Hortikultura di Kementerian Pertanian.
"Sekarang masih aktif sebagai Dirjen," ucap Aldi.
Informasi Aldi terkonfirmasi. Kamis (5/9/2013) lalu, Dirjen Hortikultura Hasanuddin Ibrahim mendampingi Menteri Pertanian Suswono saat rapat kerja dengan Komisi IV DPR.
Saat ditunjukkan foto yang diduga Bunda Putri dengan ciri-ciri rambut pendek, wajah oval, beranting, dan berusia sekitar 50 tahun, Hasanudin terlihat gelagapan. Cecaran pertanyaan apakah perempuan tersebut istrinya, Hasanudin mengelak.
"Saya enggak mau ditanya soal rumah tangga. Nama istri saya Nyonya Hasanudin," elak Hasanuddin yang akrab disapa Odeng.
Aldi pun membenarkan bahwa Bunda Putri bukan istri Hasanudin. Keduanya memang dekat layaknya orang berpacaran.
"Ya benar, Bunda Putri dan Hasanudin Ibrahim itu dekat, seperti orang berpacaran," jelas Aldi.
Omongan
Aldi bukan isapan jempol. Aldi mengaku memiliki foto Hasanuddin Ibrahim
sedang memangku anaknya, Rayden (5) di kamar Bunda Putri.
"Saat foto, Hasanuddin pakai sarung dan kaos sambil menggendong Rayden," papar Aldi, menerangkan begitu dekatnya kedekatan Hasanuddin dengan keluarga Bunda Putri.
Dipenjarakan Bunda
Saking dekatnya, Aldi dan istrinya ketika itu memanggil Hasanuddin dengan panggilan kakek. Aldi juga masih mengingat, foto tersebut dibawanya ke persidangan saat ia dipenjarakan keluarga Bunda Putri, karena memukul pegawai Bunda Putri.
Pukulan tersebut dilayangkan ke Aldi lantaran pegawai tersebut berusaha menghalanginya saat Aldi hendak meminta konfirmasi ke Bunda Putri, perihal isu selingkuh istrinya dengan artis yang kini menjabat bupati di salah satu kabupaten di Jambi.
"Waktu di persidangan, pegawai di rumah Bunda Putri dihadirkan. Saat ditunjukkan fotonya, dia menyebut Hasanudin itu bapak. Ketika dicecar hakim, dia ngaku itu suaminya Bunda Putri. Tapi aneh, dia tidak tahu namanya kalau itu suami Bunda Putri," beber Aldi.
Kedekatan istrinya dengan sang bupati, menurut Aldi, juga berawal dari hubungan Bunda Putri dengan Hasanuddin. Awalnya, Bunda Putri dan Hasanuddin akan menjadi investor untuk proyek di kawasan yang pada 2011 lalu baru dimekarkan.
Tapi, yang membuat Aldi tak habis pikir, kenapa istrinya juga malah dekat dengan bupati tersebut. Bahkan, istrinya tanpa sepengetahuan Aldi, pernah pergi menemui bupati tersebut di Jambi.
Namun, kini nasi sudah menjadi bubur. Aldi sudah ikhlas bercerai dengan Peni Fernita.
Aldi hanya heran bagaimana Bunda Putri bisa dianggap berpengaruh kuat oleh petinggi partai sekelas Luthfi
Hasan Ishaaq dan teman-temannya.
Tribunnews.com sudah berusaha mendatangi kediaman Bunda Putri di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Sayang, pintu rumah tidak dibuka.
Aldi Djemat Kaget Bunda Putri Ternyata Mantan Mertuanya
Jakarta-Warta Nusantara - Nama Bunda Putri kini menjadi perbincangan hangat. Bunda Putri disebut-sebut sebagai sosok yang pengaruhnya sangat kuat di berbagai kementerian, untuk membantu mengurus proyek.
Termasuk, impor daging sapi yang menyeret mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah ke tahanan KPK.
Bunda Putri memiliki nama lengkap Non Saputri, yang memiliki putri bernama Peni Farnita Saputri.
Nama
Peni Farnita sempat mencuat, setelah suaminya, Bernaldi Djemat alias
Aldi, ribut dengan artis yang kini menjadi bupati di salah satu
kabupaten di Jambi.
Kemarahan Aldi lantaran istrinya diduga berselingkuh dengan artis yang waktu itu sedang mencalonkan menjadi bupati tersebut.
Tribunnews.com bisa berkomunikasi langsung dengan Aldi Djemat. Saat diberitahu bahwa Bunda Putri adalah mantan mertuanya, Aldi Djemat kaget.
"Oh ya! Bunda Putri ternyata mantan mertua saya ya," katanya dengan nada terkejut.
Menurut Aldi, mantan mertuanya memiliki nama lengkap Non Saputri. Di rumah, ia dan mantan istrinya biasa memanggil Bunda Putri.
Banyak orang yang juga memanggilnya dengan Bunda Putri atau Bu Putri. Aldi yang tak lain putra dari Kadir Djemat, tak mengira bahwa Bunda Putri yang ramai dibicarakan terkait kasus di KPK, adalah mantan mertuanya.
Beberapa
waktu terakhir, Aldi memang mengikuti kasus suap impor daging sapi yang
menyeret Luthfi Hasan Ishaaq, Ahmad Fathanah, serta putra dari Ketua
Majelis Syura PKS Hilmi Aminudin, yakni Ridwan Hakim.
Ia hanya sekilas mendengar pemberitaan yang menyebut nama Bunda Putri. Tapi, Aldi mengira Bunda Putri bukanlah nantan mertuanya.
Ketika ditanya apakah benar Bunda Putri yang tinggal di Jalan Pondok Indah Raya No 09, Jakarta Selatan, Aldi membenarkan.
Sepengetahuan
Aldi, rumah itu dikontrak mertuanya. Namun, Aldi meminta dikroscek
lagi, apakah rumah tersebut sudah dibeli atau belum, lantaran ia sudah
tidak berkomunikasi dengan keluarga Bunda Putri, sejak cerai dengan Peni
sekitar 2011 silam.
"Tolong dicek saja. Itu rumah kontrakan sekaligus yang dijadikan kantor Bunda Putri ketika masih kerja untuk Petronas," pinta Aldi.
Tribunnews.com
sudah mendatangi rumah tersebut. Sayang, rumah yang diduga ditempati
Bunda Putri, tertutup rapat. Tidak ada satu orang pun yang bisa
dikonfirmasi, perihal pemiliknya apakah benar Bunda Putri atau bukan.
SBY Terlibat Kasus Suap Daging Impor ?
Menurut Pengamat Masyarakat Anti Korupsi (MAKI), Boyamin Saiman sikap istana yang enggan mengomentari tudingan Ridwan semakin menguatkan dugaan keterlibatan SBY. Apalagi Sengman, pembawa uang Rp 40 miliar ke SBY memang terkenal sebagai orang yang mendapat akses keistimewaan dari penguasa.
“Ya Sengman itu orang Palembang, dia punya Palembang Square dan macam-macam, dia mendapat keistemawaan dari Dirjen Pajak sebelumnya, kalau istana tak mau komentar berarti ada kaitannya,” jelas Bonyamin kepada media, Sabtu (31/8/2013).
Menurut dia, Sengman memiliki banyak kasus, namun tak pernah diproses oleh aparat penegak hukum karena dekat dengan puasa. Bahkan, menurut informasi yang dia terima, Sengman memanipulasi pelepasan tanah pemerintah untuk dibangun Palembang Square sehingga biaya pajaknya tidak tinggi.
“Info yang saya dapat, dulu dia banyak masalah tapi tidak pernah diproses soal pelepasan tanah tidak diproses. Jadi saat pelepasan tanah untuk Palembang Square dia lakukan dengan cara yang tidak benar. Itu tanah pemerintah, lalu dia bilang tanah itu didapat dengan harga murah sehingga pajaknya yang harus dibayar gede tak jadi,” jelas dia.
“Dulu ada dugaan penggelapan pajak tidak diproses. Kenapa, karena tidak ada yang berani nyentuh dia,” imbuhnya.
Dia berharap aparat penegak hukum tak tebang pilih dalam kasus suap impor daging tersebut. “Apapun yang terjadi kita lihat, apakah Sengman ini juga akan diusut. KPK harus menelusurinya,” pungkasnya. (PM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar